Minggu, 09 Oktober 2022

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

 



A.Sistem Ekskresi Manusia

    Sistem ekskresi merupakan kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dengan cara membuang bahan-bahan sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh sel.

Organ ekskresi pada manusia terdiri atas empat organ, yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan hati.

1. Ginjal

        Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh. Ekskresi diperlukan tubuh agar zat sisa metabolisme tidak meracuni tubuh. Organ eksresi manusia ada 4 yaitu ginjal, kulit, paru – paru dan hati. Berikut ilustrasi organ – organ ekskresi : 

Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting karena membuang sisa metabolisme melalui urine; berfungsi menyaring darah yang mengandung zat sisa metabolisme dari sel di seluruh tubuh; terletak di kanan dan kiri tulang pinggang; Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan; berwarna merah karena mengandung banyak darah.

Ginjal mempunyai 3 lapisan yaitu lapisan terluar (korteks renalis/kulit ginjal), bagian tengah ginjal (medula renalis) dan lapisan terdalam terdapat rongga (rongga ginjal/pelvis renalis). Berikut penampang melintang ginjal : 


a. Nefron adalah unit utama penyusun ginjal; berperan penting dalam penyaringan darah; terdiri atas          komponen penyaring (badan malpighi) yang dilanjutkan saluran – saluran (tubulus). Setiap badan        malpighi mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula         bowman. Berikut struktur badan malpighi : 

b.Medula renalis tersusun atas saluran – saluran yang merupakan kelanjutan dari badan malpighi dan      saluran yang ada di korteks renalis; saluran – saluran tersebut yaitu tubulus proksimal, lengkung           henle, tubulus distal dan tubulus kolektivus. Lengkung henle adalah ginjal yang melengkung pada        daerah medula yang menghubungkan tubulus proksimal dan tubulus distal

Pelvis renalis berfungsi menampung urine sementara sebelum dikeluarkan melalui ureter. Tahapan ekskresi ginjal ada 3 yaitu filtrasi, reabsopsi dan augmentasi. 

1. Filtrasi adalah tahap pembentukan urine primer. ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan                   darah tinggi sehingga mendorong air dan zat – zat yang memiliki ukuran kecil keluar melalui                 pori – pori kapiler dan menghasilkan filtrat. Cairan hasil penyaringan disebut filtrat, tersusun                    atas urobilin, urea, glukosa, asam amino, air, asam amino, natrium, kalium, kalsium dan klor.

 2.Reabsorpsi : urine masuk ke tubulus proksimal dan terjadi penyerapan kembali (reabsopsi).                   Glukosa, asam amino, kalium dan zat – zat yang masih diperlukan tubuh diangkut ke dalam sel               kemudian ke kapiler darah dalam ginjal. Urea hanya sedikit yang diserap kembali. Berikut proses           reabsorpsi : 

         Hasil dari reabsorpsi yaitu urine sekunder yang mengandung air, garam, urea dan urobilin. Urobilin memberi warna kuning, urea menyebabkan bau pada urine. Selanjutnya, urine sekunder mengalir melalui lengkung henle menuju tubulus distal. Di lengkung henle, air dalam urine sekunder juga di reabsorpsi. 

3.  Augmentasi : pada tubulus distal terjadi proses augmentasi yaitu pengeluaran zat – zat yang tidak          diperlukan dalam urine sekunder. Urine sekunder dan zat – zat sisa inilah disebut urine sesungguhnya.     Selanjutnya, urine disalurkan ke pelvis renalis kemudian keluar ginjal melwati ureter dan menuju             kandung kemih untuk disimpan sementara. 

         Kandung kemih memiliki dinding elastis, mampu meregang untuk menampung urine 0,5 L. Urine keluar dari kandung kemih karena adanya tekanan dalam kandung kemih berupa sinyal yang menunjukkan kandung kemih penuh. Sinyal tersebut memicu kontraksi otot perut dan otot – oto kandung kemih yang menyebabkan urine keluar tubuh melalui urethra


B.Berikut sistem pembentukan urine

 2.Kulit

        Kulit berfungsi membentuk dan mengeluarkan keringat; melindungi jaringan dibawahnya dari        kerusakan karena gesekan, penyinaran, kuman penyakit, zat kimia berbahaya; mengurangi                      kehilangan   air, menjaga suhu tubuh dan menerima rangsang dari luar.  Keringat berfungsi                     mengeluarkan zat sisa     metabolisme dan menjaga suhu tubuh. 


Kulit terdiri dari 2 lapisan utama yaitu kulit ari (epidermis) dan kulit janggat (dermis). Berikut struktur kulit : 

Epidermis adalah lapisan kulit paling luar; tersusun atas sel – sel epitel yang mengalami kertinisasi; terdapat pembuluh darah dan serabut saraf; terdapat stratum korneum (lapisan kulit mati, selalu mengelupas) dan stratum granulosum (mengandung pigmen melanin).  Dibawah stratum granulosum, terdapat stratum germinativum.

 Stratum germinativum terus menerus membentuk sel – sel baru menggantikan sel-sel kulit yang             terkelupas.  

Lapisan dermis : terdapat otot penggerak rambut, pembuluh darah, pembuluh limfa, saraf, kelenjar minyak (glandula sebaceae) dan kelenjar minyak (glandula sudorifera). Kelenjar keringat berbentuk seperti pembuluh panjang, pangkalnya menggulung, berhubungan dengan kapiler darah dan serabut saraf. 

 Serabut saraf meningkatkan kerja kelenjar keringat, memicu produksi keringat. Keringat                         menyerap air, ion – ion, NaCl dan uera dalam darah yang dikeluarkan melalui pori – pori                       kulit. Lapisan hipodermis (subkutan) adalah lapisan yang terdiri dari kumpulan jaringan ikat yang   berfungsi melekatkan kulit pada otot, terdapat banyak jaringan lemak sehingga juga berfungsi         mengatur suhu tubuh.


3. Paru – paru 

        Paru – paru adalah organ ekskresi yang mengeluarkan sisa metabolisme berupa CO2 dan H2O. O2 yang masuk alveolus berdifusi memasuki kapiler darah yang mengelilingi alveolus, kemudian darah mengikat O2 dan diangkut ke jaringan tubuh. CO2 berdifusi berlawanan arah dengan O2, darah mengikat CO2 untuk dikeluarkan bersama uap air. Berikut prosesnya : 

C6H12O6 + O2 → CO2 + H2O 

 Glukosa + Oksigen → Karbondioksida + Uap air 

4. Hati 
Sebagai organ ekskresi, hati berfungsi mengekskresikan zat warna empedu (bilirubin). Bilirubin dihasilkan dari pemecahan hemoglobin pada eritrosit. Eritrosit memiliki waktu hidup 100 – 120 hari karena tidak memiliki inti sel, membran selnya bergesekan dengan pembuluh kapiler darah, tidak dapat membentuk komponen baru untuk menggantikan sel yang rusak. 

Berikut struktur hati : 



         Eritrosit yang rusak dihancurkan oleh makrofag dalam hati dan limpa; hemoglobin dipecah menjadi menjadi zat besi, globin dan hemin. Zat besi dibawa ke sumsum merah tulang untuk membentuk hemoglobin baru; globin dipecah mejadi asam amino untuk pembentukan protein; hemin diubah menjadi zat warna hijau atau biliverdin.

            Biliverdin diubah menjadi zat warna kuning oranye atau bilirubin. Bilirubin dikeluarkan bersama getah empedu ke usus dua belas jari menuju usus besar. Dalam usus besar, bilirubin diubah menjadi urobilinogen; urobilinogen diubah menjadi urobilin sebagai warna kuning pada urine dan sterkobilin sebagai warna coklat pada feses. 

  C.Berikut proses pemecahan eritrosit 

        Sel hati menghasilkan 800 – 1000 mL getah empedu perhari. Getah empedu mengandung air, garam empedu (natrium dan kalium), lesitin, kolestrol, pigmen empedu dan beberapa ion. Jika getah empedu kekurangan lesitin, garam empedu, kebanyakan kolesterol, maka kolestrol tersebut membentuk batu kristal (batu empedu). 

              Jika batu empedu terus terbentuk akan menyumbat saluran empedu, sehingga getah empedu tidak dapat dikeluarkan menuju usus halus. Penanganan untuk mengatasi batu empedu yaitu minum obat pelarut batu empedu, terapi dengan gelombang ultrasonik, sinar laser, dan operasi.  

Hati memiliki kemampuan menetralisir racun dan menghasilkan getah empedu. Hati juga berperan mengubah NH3 (amonia) yang akan dibuang melalui kulit dan ginjal. 


5. Gangguan sistem ekskresi 

Gangguan sistem ekskresi yaitu nefritis, batu ginjal, albuminuria, hematuria, diabetes insipidus, kanker ginjal, jerawat dan biang keringat. 
Nefritis : peradangan nefron yang disebabkan infeksi bakteri Streptococcus. Nefritis mengakibatkan masuknya kembali asam urat dan urea ke pembuluh darah (uremia), adanya penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air terganggu (edema). Penanganan nefritis adalah dengan cuci darah (dialisis) dan cangkok ginjal (transplantasi ginjal).

Dialisis adalah cara yang dilakukan ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik atau mengalami kerusakan, namun kekurangannya penderita harus terus menerus melakukan dialisis selama periode waktu tertenu. Sehingga, cara lain yang dapat mengobati kerusakan ginjal yaitu dengan transplantasi ginjal. 

Transplantasi ginjal adalah operasi yang dilakukan dengan cara memberikan ginjal yang sehat dari orang lain (pendonor) kepada pasien kerusakan ginjal. Namun beresiko seperti penolakan tubuh terhadap organ ginjal yang diberikan. Jadi, penderita yang telah mendapatkan transplantasi harus mengonsumsi obat tertentu untuk mencegah reaksi penolakan tubuh. 

Batu ginjal : adanya endapan garam kalsium dalam pelvis renalis, saluran ginjal, atau kandung kemih; berbentuk kristal yang tidak dapat larut; mengandung kalsium oksalat, asam urat dan kristal kalsium fosfat. Endapan terbentuk jika terlalu banyak mengonsumsi garam mineral, kurang minum air dan sering menahan kencing

Selain itu, vitamin C dalam dosis tinggi meningkatkan resiko batu ginjal, karena sebagian vitamin C tidak diserap tubuh akan dikeluarkan melalui urine sebagai oksalat yagn merupakan komponen batu ginjal. Jadi, jumlah citamin C yang masuk ek tubuh harus sesuai dengan kebutuhan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SISTEM RANGKA SENDI DAN OTOT